Thursday, March 19, 2020
Saturday, August 17, 2019
Rembulan di Agustus
Hanya sedikit tergelitik dan agak kesal
Bukan apa-apa
Kau tak sanggup kugapai
Bilamana cara 'tuk menggapai?
Bila kau jauh berjarak amat jauh
Bilamana cara 'tuk memandangi?
Bila kau nampak tak selalu utuh
Terlalu kuat angan mencari keberadaanmu
Meski sudah tahu takkan terjadi
Tetapi diri tetap tersenyum saat kau bertamu
Meski sudah tahu bukan untuk berbagi
Lidah kelu menahan kata-kata
Bahkan kalimat yang sudah dijadikan buku
Mungkin sekarang sudah usang dan dilupa
Karena tersimpan dalam tumpukan debu
Rembulan di bulan ini; buatku rindu
Thursday, March 19, 2015
Taman Hatimu
Pernah ku tanam sebutir benih cinta
Tepat di taman hatinya
Begitu gersangnya, saat itu
Sebelum butiran debu miliknya menumpuk
Aku menyapunya
Tak lupa aku menyiramnya setiap saat
Ketika taman itu mulai terang dan menjelang gelap
Perlahan benih itu meninggi menggapai langit
Tangan pun tak sanggup memetiknya
Gugur bunga di taman membuatnya semakin wangi
Berjuta aroma menyelami hidung dan tinggal di dalamnya
Tapi tidak dengan akarnya
Entah sampai kapan harus menunggunya
Merambat mencapai inti hatinya
Friday, March 13, 2015
Tak Perlu Jauh-jauh
Tempatku berpijak memang di sini
Tak perlu berlabuh ataupun beranjak
Karena memang, di sinilah aku
Begitu pula dirimu
Menduduki tempat yang sama di sana
Karena memang, di sanalah kau meniti hidup
Tak lebih aku memandangmu,
Sebagai putri para dewi-dewi
Mengagumi tingkahmu layaknya sang ratu
Mengagumi bahasamu layaknya ibu pertiwi
Segalanya, kau seutuhnya
Tak perlu menanti bintang malam, dirimu sudah cukup menerangiku
Tak perlu mengharapkan pelangi, karena dirimu sudah mewarnai hidupku
Tak perlu jauh-jauh mencari keindahan
Pada dirimu, ku temukan segalanya
Tuesday, December 9, 2014
Kembalilah, Rindu ini Menanyakanmu
Berangkat dari kotamu yang dingin
Menelusuri jalanan basah setelah hujan mengoyaknya
Ada rindu-rindu tertinggal di sepanjang jalan
Ia tersapu oleh angin malam
Rintik-rintik masih memanah tubuhku
Menusuk, hingga menciptakan luka dalam
Terlebih pekat malam, mengancamku dari kumpulan kenangan
Aku takut, bila esok masih terulang
Jalanan tak pernah terlintasi selama ini
Waktu seperti berlari mengejar kepergian
Tak seperti mata yang menatap terus ke belakang
Dingin masih berkecambuk
Sepi tak segan melucuti kehangatan tubuhmu yang masih melebam
Begitu pula air mata, masih mengguyur kesedihan tanpa henti
Kembalilah kasih